NB: Gambar diambil dari funkytridoretta.worpress.com
Shin...
Aku hanya ingin menikmati senja denganmu, sekali lagi…
Sekali waktu, kukira kau tak lagi ingin mendengarkan nada-nada hujan yang mengeja hikayat luka di atap rumah. Mungkin biramanya sedemikian sumbang untuk hati-hati yang pincang. Atau mungkin kau memang tak pernah ingin membiarkan jejak kisah bertandang tanpa diundang, merobek luka lama seumpama tajam ilalang mengiris tungkai dara jelita yang malang.
Tapi aku ingin duduk di sini, selurus bayang mampu kupandang, setatap tikaman hujan mampu kusandang. Aku ingin di sini menyambut pesan alam lewat kepak sepasang bangau sebelum senja meminta pulang. Lembayung memang terlihat indah mendekap tiang-tiang perahu nelayan, dengan senandung kenang bertatah bimbang. Dan aku ingin kakiku tetap terpancang di sini, di sisi dermaga yang selalu lengang.
Kau lihat lentera di anjungan perahu itu? Kadang diam, kadang berayun dipermainkan angin petang. Entah berapa aksara bertebaran menjelma swargaloka kata di tirai tanpa ambang. Aku hanya ingin meminta sedikit waktumu, menemaniku di sini seraya memetik tangkai-tangkai bunga ilalang. Tak kuminta senja yang lain kecuali hari ini, sebab kau dan aku sama tak tahu kapan ajal menjemput badan.
Sementara membiarkan jejak kisah melandai di sepanjang pantai, aku tak pernah ingin membagi senjaku dengan yang lain. Cukup buatmu, seolah hela nafas dalam tiap nadi kehidupanku. Walau pada akhirnya jatuh, menitik, menembus sukma tanah, dan tak kembali padamu…
aku hanya terlalu menyayangimu
tanpa ingin membagi senjaku
untuknya, atau yang lain...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar